Sebenarnya Tidak Ingin,Tapi Harus
Dulu waktu saya masih jadi anak SMA, Ibu pernah bilang, "Nggak tega lihat Dayu bertambah dewasa, karena dunia orang dewasa itu sulit, banyak pikiran, banyak cobaan"
Sekarang, di umur saya yang mau 25 tahun, perkataan itu memang terbukti benar.
Semenjak Ajik meninggal 2 tahun lalu, otomatis kami cuma tinggal berdua di rumah. Sekarang Ibu sudah pensiun, dan gaji pensiunannya suka telat. Untungnya kantor tempat saya kerja belum pernah sekalipun telat memberi gaji karyawannya. (heheheh Hidup Elite Havens!!!) Jadi, sementara ini saya masih bisa lah cover kebutuhan keluarga. Kalau menjelang akhir bulan pendapatan sudah mau habis, Ibu yang langsung 'nyambungin'.
Kalau diilhat dari sudut pandang (beberapa) perempuan lajang yang lagi senang-senangnya menikmati hidup, hidup saya sekarang ini mungkin dinilai ga free, ga enak. Sebab penghasilan yang mereka punya bukannya habis untuk bersenang-senang memanjakan diri, tapi untuk menghidupi keluarga. Terkadang saya merasa egois kalau sempat berpikir seperti itu. Jujur, rasanya kadang mupeng (kalo dibilang iri terlalu kasar deh) kalo liat temen2 lain yang sering hang-out, belanja, nonton, dll. Tapi begitu lihat Ibu di rumah, saya jadi luar biasa bangga. (waduh waktu nulis kalimat ini mata saya mulai berair....)
Yang jadi pikiran saya beberapa hari ini adalah keadaan rumah yang udah tua. Rumah itu dibangun hampir 23 tahun yang lalu, dengan kondisi keuangan Ajik-Ibu yang pas-pasan banget. Yaaah mungkin bisa dibilang rumah itu dibangun secara darurat laaah,,, bahan dan cara pembuatannya masih sederhana banget. yang jadi problem adalah ya 23 tahun kemudian : sekarang. Rumah ini tampaknya sudah harus direnovasi.
Belakangan cuaca Denpasar kan agak sulit diprediksi ya, sebentar hujan (deras banget atau cuma gerimis) sebentarnya panas menyengat. Hujan-hujan rumah jadi bocor, di mana-mana. Saya jadi kasian liat Ibu yang mikirin nasib rumah ini.
Akhirnya, pagi ini, saya benar-benar memutuskan bahwa sayalah yang akan jadi pahlawan penyelamat si rumah. Meskipun harus mengorbankan beberapa kesenangan pribadi, rasanya nanti pasti jauh lebih bahagia kalo melihat Ibu juga bahagia.
Sebetulnya nggak ingin menanggung tanggung jawab segini besar, tapi saya harus.....
Komentar
Posting Komentar