3 Bulan

Kemarin malam ada seorang kolega yang datang bertamu ke rumah. Perempuan lajang yang sebentar lagi akan menikah. Usianya tahun ini 30 tahun.

Tentang personality-nya saya kurang begitu tahu banyak, sebab belum lama kenal. Saya hanya dapat berasumsi, bahwa perempuan ini cerdas, berkeinginan kuat untuk maju, dan tidak manja.

Dia tampaknya sedang menghadapi masa-masa bimbang menjelang pernikahan. Sebab beberapa minggu menuju hari penting itu, dia dan pasangannya masih sering bertengkar. Berdasarkan cerita sepihak yang saya dengar, si perempuan mulai menemukan beberapa kebiasaan si lelaki dan membuatnya ragu, benarkan laki-laki ini yang akan jadi pasangannya nanti? Sebab kebiasaan itu berhubungan dengan keinginan untuk berusaha. Mungkin sebagai perempuan yang berprinsip dan mandiri, laki-laki ini kurang bisa mengimbangi pola pikir si perempuan. Jadi seakan rasanya si perempuan adalah motor penggerak segalanya, termasuk bertugas memompa semangat si laki-laki ketika dia stress dengan pikiran-pikirannya.

Si perempuan memiliki kekayaan wawasan dan intelektual. Dia pernah bepergian di sejumlah negara untuk belajar dan bekerja. Masa kecilnya juga berpindah-pindah kota. Dia pernah membaca banyak buku, dan menyerap filosofi yang dimuat di buku-buku itu. Tentang gelas yang setengah kosong dan setengah isi, lengkap dengan sekumpulan pemikiran berupa bukan masalah isi atau kosongnya, tetapi akan diapakan gelas yang setengah-setengah itu. Dia juga pernah membaca buku yang bilang bahwa manusia itu pada hakikatnya sempurna, dan semua yang dirasakan manusia adalah semu. Maka bila ada rasa suka maupun duka, kembalikanlah ke semesta. Semesta yang memberimu, maka semestalah yang berhak mengambilnya.

Dia juga bercerita tentang seorang teman yang mengispirasinya dalam mengucap doa. Kurang lebih permintaannhya begini: "Ya Tuhan, jadikanlah aku....(diisi sendiri) tanpa kehilangan harga diriku, dengan tetap di jalanmu, dan dalam perlinduganmu." Dari cerita ini, dia belajar untuk meminta dengan cara yang benar. Maksudnya selama ini di masyaraakat sering sekali ada pemikiran begini: saya takut minta kaya sama Tuhan, sebab saya takut nantinya jadi sombong. Klarifikasi menurutnya adalah: minta kaya ya minta kaya aja, ga usah pake minta embel-embel sombong. Jadi redaksi doanya akan jadi begini: "Ya Tuhan, jadikanlah aku kaya, tanpa kehilangan harga diriku, dengan tetap ada di jalanmu, dan dalam perlindunganmu" Entah kenapa doa itu terkesan begitu simple, tapi strikes on the bull's eye.

Sebagaimana manusia pada umumnya, dia juga dapat memilihkan kata-kata bijak yang dapat meneduhkan orang lain yang sedang bersusah hati. Segala hasil pergaulannya dan kegiatan membacanya, dia jadi punya banyak cerita yang mengispirasi. Tapi begitu kegalauan mendatanginya, segala kalimat dalam buku itu justru mebuatnya semakin dilema. Pernyataan yang satu bertolak belakang dengan pernyataan yang lain. Pemahaman yang pertama dibantahkan oleh pemahaman kedua, dan seterusnya. Pasti capek sekali. Dan dia mengakuinya. Bingungnya jadi berlipat-lipat.

Dalam masa-masa ini dia mengibaratkan dirinya sedang berada dalam masa pencarian jawaban atas segala kebingungan. Dia ragu, antara mendengar malaikat atau setan dalam benaknya. Sebab, segala opini seakan-akan punya pembenaran. Apakah ini cobaan untuk menguatkan hubungan atau pertanda bahwa memang seharusnya diakhiri? Begitulah salah satu dilemanya kurang lebih.

Yang paling anyar, dia memilih untuk menunggu. Menurut sebuah buku yang pernah dibacanya, regenerasi sel-sel dalam tubuh manusia memakan waktu 3 bulan. Secara biologis, dengan tumbuhnya sel-sel baru (termasuk sel otak) diharapkan kita bisa lebih segar memandang suatu permasalahan. Dengan begitu, akan lebih bijaklah keputusan yang kita ambil.

Ini membuatnya saya menyadari, mengapa diperlukan 3 bulan masa percobaan di sebuah perusahaan. Tunggulah 3 bulan dulu, bila kamu hendak mengambil keputusan penting itu. Tapi ternyata untuk mengambil keputusan menunggu selama 3 bulan itulah yang justru tak ada waktu. Tak bisa menunggu. Iya kan? :)

Komentar

Postingan Populer