sebuah keluh kesah

Aku tahu setiap orang punya permasalahan yang menguji kekuatan cinta mereka dengan pasangan. Dan kehidupan ini tidak seperti novel, di mana karmaphala akan begitu cepat bergulir. Lalu masalah terselesaikan, dan kalian akan bahagia selama-lamanya.

Permasalahan mereka pastinya beragam. Aku dan masalahku, yang masih saja terjebak di masa lalu hanyalah secuil yang tampak remeh. Remeh tapi bermakna. Dan tentu saja meresahkan. Aku tidak bisa plong sepenuhnya. Selalu saja ada waktu di mana masa lalu bersliweran di kepalaku. Mereka seakan merenggut lebih dari setengah volume otakku untuk mereplay kenangan-kenangan indah dan buruk. Aku merasa terbelenggu. Megap-megap. AKu buhtuh aliran udara segar. Bahkan sejak dulu, ketika kisah masa lalu itu baru saja diakhiri dan dia mulai bersama orang lain yang paling tidak bisa kubayangkan.

Aku belum bisa memaafkan. Aku berusaha membujuk diri sendiri untuk memaafkan, mengikhlaskan, dan melupakan. Tapi ini amat sulit. Sebab kesedihan itu akan kembali bila aku sendirian. Bila tak ada hal lain untuk dikerjakan. Bahkan ketika di tengah-tengah berkegiatan, aku masih saja sempat untuk memikirkan masa lalu.
masa lalu, masa lalu, dan masa lalu...

Sampai detik ini, aku terus-menerus bertanya, apa yang sebenarnya aku inginkan?
Aku rasa karena terlalu banyak keinginan itulah yang membuatku terjebak di tengah-tengah. Kebingungan karena nggak tahu harus jadi apa. Harus bagaimana bersikap. Harus bagaimana berpikir.
Semakin besar, semakin dewasa, hal-hal yang seharusnya simpel itu kok malah menjadi rumit yah?

Dilema nggak penting semacam sebaiknya bilang ke Wi Nu nggak ya kalau sampai sekarang masa lalu itu masih sering mampir ke pikiran? Sebab dulu rasanya lega sekali bisa menumpahkan unek-unek ke Wi Nu sebelum kami pacaran. Sekarang, dengan adanya status baru, ya nggak etis donk mencurahkan hal yang membuat sedih kepada seorang laki-laki karena laki-laki lain??! Ternyata pacaran tuh menghilangkan satu fungsi yang penting juga.

Komentar

Postingan Populer